Siapa yang tidak cinta dengan tanah air (tanah kelahiran)? Tempat melalui masa kecil yang indah. Tempat dengan penuh kenangan. Tempat di mana masih banyak keluarga serta kerabat yang menyayangi kita. Semua manusia secara tabiat dan fitrahnya, akan cinta dengan tanah airnya.
Syekh Al-Albani rahimahullah mengutip perkataan Ash-Shagani rahimahullah dan yang lainnya, untuk menjelaskan hal ini,
إذ إن حب الوطن كحب النفس، والمال، ونحوه، كل ذلك غريزي في الإنسان، لا يمدح بحبه، ولا هو من لوازم الإيمان؛ ألا ترى أن الناس كلَّهم مشتركون في هذا الحب، لا فرق في ذلك بين مؤمنهم وكافرهم
“Jadi, cinta tanah air itu sebagaimana cinta terhadap jiwa, cinta terhadap harta, dan semisalnya. Semua ini adalah tabiat (fitrah) pada manusia. Tidak dipuji karena cinta ini saja (secara syariat cinta ini wajar dan hukum asalnya tidak bernilai ibadah, pent.), tidak pula termasuk dari konsekuensi iman (bagian dari iman). Tidakkah engkau melihat semua manusia memiliki kesamaan dalam cinta ini (cinta tanah air)? Tidak ada perbedaan antara muslim dan kafir (mereka semua cinta tanah air).” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhaifah, lihat hadis no. 36)
Baca juga: Tahfidz, Murojaah Hafalan & Menterjemahkan Al Qur’an Perkata
Cinta tanah air sebagaimana cinta pada harta, istri, anak-anak, dan lain-lain merupakan fitrah serta tabiat manusia.
Allah Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Kecintaan Rasulullah kepada Tanah Airnya di Kota Mekah
Berikut beberapa dalil yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun cinta dengan tanah airnya yaitu kota Mekah. Beliau menunjukan kesedihan yang mendalam saat harus meninggalkan tanah air kota Mekah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
“Demi Allah, sungguh engkau (wahai Mekah) adalah bumi Allah yang paling baik dan yang paling dicintai oleh-Nya. Sekiranya bukan karena aku diusir dari engkau, tentu aku tidak akan keluar meninggalkan engkau.” (HR. Ahmad)
Demikian juga tatkala sampai di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar memberikan rasa cinta kepada kota Madinah sebagaimana cinta beliau terhadap tanah air Mekah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,
اللهم حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“‘Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah, sebagaimana kecintaan kami kepada Mekah atau lebih.” (HR. Bukhari)
Hadis Palsu “Cinta Tanah Air Bagian dari Iman” dan Penjelasannya
Terdapat hadis palsu yang menyebar di masyarakat yang berbunyi,
حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الإِيْمَانِ
“Cinta tanah air termasuk iman.”
Ahli hadis Syekh Al-Albani rahimahullah menjelaskan bahwa hadis tersebut adalah hadis palsu dan maknanya juga tidak tepat. Beliau rahimahullah berkata,
موضوع، كما قال الصغاني وغيره، ومعناه غير مستقيم
“(Ini) hadis palsu, sebagaimana dikatakan oleh Ash-Shagani dan yang lainnya. Maknanya juga tidak benar.” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhaifah, lihat hadis no. 36)
Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa hadis itu adalah dusta. Yang benar, kita cinta tanah air apabila tanah air kita adalah negara Islam di mana syiar-syiar Islam tampak di negara tersebut. Beliau rahimahullah berkata,
وأن ذلك حديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم كذب. حب الوطن إن كان إسلاميًا فهذا تحبه لأنه إسلامي، ولا فرق بين وطنك الذي هو مسقط رأسك أو الوطن البعيد عن بلاد المسلمين كلها وطن إسلامي يجب أن نحميه. على كل حال؛ يجب أن نعلم أن النية الصحيحة هي أن نقاتل من أجل الإسلام في بلدنا أو من أجل وطننا لأنه إسلامي لا لمجرد الوطنية
“Bahwa (menyatakan) hadis tersebut adalah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan kedustaan. Cinta tanah air, apabila tanah air tersebut adalah negara Islam, maka Engkau mencintainya karena itu merupakan negara Islam. Tidak ada perbedaannya antara tanah airmu yang merupakan tanah kelahiranmu atau negara lain yang jauh (yang merupakan) negeri kaum muslimin. Semuanya negara Islam, maka kita wajib menjaga dan melindunginya. Perlu diketahui bahwa niat yang benar adalah kita membela tanah air karena Islam ada di negara kita, atau karena negara kita adalah negara Islam, bukan semata-mata karena rasa cinta tanah air saja.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 1: 56)
Baca Juga : Kiat-kiat Agar Hijrah Lebih Mudah
Indonesia adalah Negara dengan Syiar-Syiar Islam yang Tampak
Alhamdulillah, negara kita adalah negara dengan syiar-syiar Islam yang tampak dan penduduknya mudah melakukan berbagai macam ibadah. Mudah melakukan salat berjamaah di masjid. Mudah melakukan salat ‘id. Mudah memakai jilbab dan niqab. Mudah melakukan berbagai macam aktivitas keagamaan. Hal ini membuat kaum muslimin semakin cinta dengan tanah air. Betapa banyak yang merantau di luar negeri, ketika ada momen hari raya idul fitri dan idul adha, mereka sangat rindu dengan suasana tanah air.
Sangat banyak ulama yang menjelaskan bahwa kita harus bersemangat melakukan kebaikan untuk negara Islam serta menjaga kestabilan, membela, dan menjaganya.
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,
أما الوطن فيحب إن كان إسلاميًا، وعلى الإنسان أن يشجع على الخير في وطنه وعلى بقائه إسلاميًا، وأن يسعى لاستقرار أوضاعه وأهله وهذا هو الواجب على كل المسلمين
“Adapun tanah air, apabila merupakan negara Islam (tampak syiar-syiar Islam), maka wajib bagi rakyatnya untuk bersemangat melakukan kebaikan untuk tanah airnya dan untuk kelestariannya (agar) tetap menjadi negara Islam. (Dan wajib) berusaha untuk menjaga kestabilan situasi keadaan dan penduduknya. Hal ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (Majmu’ Fatawa wa Maqalaat, 9: 317)
Jangan Sampai Cinta Tanah Air Mengalahkan Cinta terhadap Agama
Para ulama mengingatkan agar jangan sampai cinta hal-hal dunia mengalahkan cinta terhadap agama, termasuk cinta terhadap tanah air. Maksudnya adalah melakulan hal-hal yang dilarang agama demi tanah air.
Allah Ta’ala menurunkan ayat terhadap orang-orang yang tidak mau hijrah dengan alasan cinta tanah air. Di mana kondisi di saat itu adalah mengharuskan hijrah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya (kepada mereka), ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).’ Para malaikat berkata, ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’ Mereka itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah).” (QS. An-Nisa’: 97-98)
Baca Juga : Mengapa Do’aku Tak Kunjung Dikabulkan
Bukan hanya cinta tanah air, bahkan cinta kepada orang tua, ayah, ibu, saudara dan kerabat jangan sampai mengalahkan cinta terhadap agama. Artinya karena cinta kepada mereka, kita melakukan hal yang dilarang agama.
Allah Ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu merupakan bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka.“ (QS. Al-Mujadilah: 22)
Sumber: muslim.or.id